Berikut ini profil Ustaz Haikal Hassan yang menyebabkan trending #BoikotJNE, Jumat (11/12/2020). Diketahui, nama Haikal Hassan kembali ramai diperbincangkan. Hal ini setelah akun resmi ekspedisi JNE mengunggah video ucapan ulang tahun dari Haikal Hassan.
Kini, video itu telah diturunkan. Sebagian warganet kecewa karena menganggap JNE memberi ruang kepada Haikal Hassan. JNE sendiri memberi klarifikasi di akun twiter resminya.
JNE menyatakan merangkul semua warga Indonesia dan berkomitmen memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat. JNE merangkul semua golongan dan tidak memihak pada agama, suku bangsa, ras dan pandangan politik tertentu. Kami berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan maksimal kepada seluruh masyrakata Indonesia. Terima kasih ," tulisnya di akun @JNE_ID.
Kini ramai diperbincangkan, seperti apa profil Haikal Hassan? Haikal Hassan dikenal sebagai ustaz yang kerap memberi kritik kepada pemerintah. Nama Haikal Hassam mulai lebih banyak dikenal setelah aksi massa 212 atau 2 Desember 2016.
Namanya semakin populer setelah ia menjadi Juru Bicara Prabowo Subianto Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019. Setelah itu, Haikal juga diangkat menjadi Jubir Persaudaraan Alumni 212. Dikutip dari Skripsi Dicta Pentasha yang diunggah di laman , Sabtu (12/12/2020), Haikal Hassan berasal dari suku Betawi.
Karena itu, tak jarang ia dipangil 'babe', panggilan yang khas dengan suku Betawi. Haikal Hassan lahir pada 21 Oktober 1968. Ia lulus dari S1 Teknik Informatika Univeritas Budi Luhur, Jakarta.
Setelah itu, ia menyelesaikan pendidikan S2 di Teknis Industri ITB dan S3 Filsafat Matematika di University Technology Malaysia. Sebelum kuliah di Universitas Budi Luhur, Haikal sempat kuliah Diploma 1 di Ya'datul Lughoh dan berlanjut di Ma'hadil Ulum Islamiyah wal Arabiyah di Arab Saudi. Namun, kuliah di Arab Saudi ini tak ia selesaikan karena tidak betah dan kemudian masuk ke Universitas Budi Luhur.
Lulus dari Universitas Budi Luhur, Haikal melanjutkan pendidikan di luar negeri dan diterima di salah satu universitas di Perth, Australia. Ia mengambil jurusan teknik informatika. Lagi lagi ia tidak betah tinggal di luar negeri dan kemudian pulang ke Indonesia tanpa menyelesaikan kuliah di Australia.
Dilansir , Haikal Hassan Baras atau biasa disapa Babe, dikenal sebagai publik figur yang kerap mengkritisi kinerja pemerintah. Di sejumlah video, dia juga beberapa kali menggaungkan tagar 2019GantiPresiden. Pria satu ini juga lekat dengan identitas sebagai ustaz.
Pengakuan itu diungkapkan oleh Haikal Hassan saat menjadi bintang tamu di acara E Talkshow yang tayang di tvOne, Jumat (4/1/2019). Talkshow ini dipandu oleh Wahyu Muryadi alias Om Way. Di acara tersebut, Haikal mengungkapkan alasan mengapa ia kerap dianggap melontarkan kritik pedas kepada pemerintah.
Pertama, kasus pembakaran bendera di Garut. Kedua, acara IMF di Bali yang dianggap Haikal Hassan tak pantas lantaran momennya berdekatan dengan musibah di Sulawesi Tengah. Namun, Haikal Hassan menegaskan kritikannya itu dilontarkan agar pemerintah semakin baik.
"Buka sinis dengan pemerintah, kalau nggak sekarang, kalau bukan kita yang kritik, siapa lagi coba?" jawab Haikal Hassan. Ia pun menganalogikan, dengan kritikannya tersebut diharapkan pemerintah bisa melek. "Supaya pemerintah 'melek' (dengan) apa yang terjadi di lapangan," kata Haikal.
Bukan tanpa alasan Haikal Hassan mengatakan demikian. Menurut klaimnya, ia sudah berkeliling di sejumlah daerah di Indonesia dan menerima keluhan keluhan dari warga sekitar. "Kan ane jalan tiap hari bisa 5 sampai 6 tempat dikunjungi. Dari Aceh sampai Papua pernah dikunjungi."
"Coba tanya petani garam di Madura, ada yang udah enggak bisa sekolahin lagi anaknya. Gara gara dia udah enggak bisa lagi jualan garam. Gara gara garam dari luar (impor) masuk ke dalem," ungkap Haikal Hassan. Selesai menjawab, Haikal kemudian ditanya seputar profesinya. Meskipun masih di awal segmen, Haikal merasa jawaban ini cukup berat untuk dijawab.
Tampak ia menghela napas dan minta minum. Selesai minum, Haikal mengatakan bahwa dirinya bukanlah seorang politikus dan juga tak berniat untuk berkiprah di dunia politik. "Kalau politisi kan ada karier politiknya, saya nggak ada," jelasnya.
Ia pun menegaskan bukan seorang ustaz, melainkan guru ngaji di kampung. "Orang bilang panggil saya ustaz, saya berkali kali bilang, jangan panggil ustaz, saya cuma guru ngaji kampung," tegasnya. "Tidak berpolitik praktis, tapi kan jadi pengurus Timses Prabowo Sandi," timpal Wahyu yang seperti belum puas dengan jawaban Haikal.
Haikal pun membalas, jika hal itu tidak bisa menandakan bahwa dirinya adalah seorang politisi. "Kalau politisi itu kan dia yang berkarier, berjenjang, dan menjabat suatu jabatan di politik. Kalau saya mendukung, itu sih bukan politisi. Itu sikap politik," ujar Haikal.